Kalimat itu sering kita dengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Sangat sering
kita mendengar orang tua menyebut anaknya dengan istilah nakal, padahal kadang
maksudnya sekadar mengingatkan anak agar tidak nakal. Namun apabila anak
konsisten mendapatkan sebutan nakal, akan berpengaruh pada dirinya.
Predikat-predikat buruk memang cenderung memiliki dampak yang buruk pula.
Nakal adalah predikat yang tak diinginkan oleh orang tua, bahkan oleh si anak
sendiri. Namun, seringkali lingkungan telah memberikan predikat itu kepada si
anak: kamu anak nakal, kamu anak kurang ajar, kamu anak susah diatur, dan
sebagainya. Akibatnya, si anak merasa divonis.
Hindari Sebutan Nakal
Jika tuduhan nakal itu diberikan berulang-ulang oleh banyak orang, akan
menjadikan anak yakin bahwa ia memang nakal. Bagaimanapun nakalnya si anak,
pada mulanya tuduhan itu tidak menyenangkan bagi dirinya. Apalagi, jika sudah
sampai menjadi bahan tertawaan, cemoohan, dan ejekan, akan sangat menggores relung
hatinya yang paling dalam. Hatinya luka. Ia akan berusaha melawan tuduhan itu,
namun justru dengan tindak kenakalannya yang lebih lanjut.
Hendaknya orang tua menyadari bahwa mengingatkan kesalahan anak tidak
identik dengan memberikan predikat “nakal” kepadanya. Nakal itu —di telinga
siapa pun yang masih waras— senantiasa berkesan negatif. Siapa tahu, anak
menjadi nakal justru lantaran diberi predikat “nakal” oleh orang tua atau
lingkungannya!
Mengingatkan kesalahan anak hendaknya dengan bijak dan kasih sayang.
Bagaimanapun, mereka masih kecil. Sangat mungkin melakukan kesalahan karena
ketidaktahuan, atau karena sebab-sebab yang lain. Namun, apa pun bentuk
kenakalan anak, biasanya ada penyebab yang bisa dilacak sebagai sebuah bahan
evaluasi diri bagi para pendidik dan orang tua.
Banyak kisah tentang anak-anak kecil yang cacat atau meninggal di tangan
orang tuanya sendiri. Cara-cara kekerasan yang dipakai untuk menanggulangi
kenakalan anak seringkali tidak tepat. Watak anak sebenarnya lemah dan bahkan
lembut. Mereka tak suka pada kekerasan. Jika disuruh memilih antara punya bapak
yang galak atau yang penyabar lagi penyayang, tentu mereka akan memilih tipe
kedua. Artinya, hendaknya orang tua berpikiran “tua” dalam mendidik
anak-anaknya, agar tidak salah dalam mengambil langkah.
Sekali lagi, jangan cepat memberi predikat negatif. Hal itu akan membawa
dampak psikologis yang traumatik bagi anak. Belum tentu anak yang sulit diatur
itu nakal, bisa jadi justru itulah tanda-tanda kecerdasan dan kelebihannya
dibandingkan anak lain. Hanya saja, orang tua biasanya tidak sabar dengan
kondisi ini.
Ungkapan bijak Dorothy Law Nolte dalam syair Children Learn What They Live
berikut bisa dijadikan sebagai bahan perenungan,
Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat
Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya
Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta.
Cara Pandang Positif
Hendaknya orang tua selalu memiliki cara pandang positif terhadap anak. Jika
anak sulit diatur, maka ia berpikir bahwa anaknya kelebihan energi potensial
yang belum tersalurkan. Maka orang tua berusaha untuk memberikan saluran bagi
energi potensial anaknya yang melimpah ruah itu, dengan berbagai kegiatan yang
positif. Selama ini anaknya belum mendapatkan alternatif kegiatan yang memadai
untuk menyalurkan berbagai potensinya.
Dengan cara pandang positif seperti itu, orang tua tidak akan emosional
dalam menghadapi ketidaktertiban anak. Orang tua akan cenderung introspeksi
dalam dirinya, bukan sekadar menyalahkan anak dan memberikan klaim negatif
seperti kata nakal. Orang tua akan lebih lembut dalam berinteraksi dengan
anak-anak, dan berusaha untuk mencari jalan keluar terbaik. Bukan dengan
kemarahan, bukan dengan kata-kata kasar, bukan dengan pemberian predikat nakal.
“Kamu anak baik dan shalih. Tolong lebih mendengar pesan ibu ya Nak”,
ungkapan ini sangat indah dan positif.
“Bapak bangga punya anak kamu. Banyak potensi kamu miliki. Jangan ulangi
lagi perbuatanmu ini ya Nak”, ungkap seorang bapak ketika ketahuan anaknya
bolos sekolah.
Semoga kita mampu menjadi orang tua yang bijak dalam membimbing, mendidik
dan mengarahkan tumbuh kembang anak-anak kita. Hentikan sebutan nakal untuk
mendidik anak-anak.